Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2017

Egoisme

Gambar
EGOISME (Sumber: Kompas.com) PERNAHKAH mengenal seseorang yang selalu mengutamakan dirinya sendiri? Selalu mendahulukan dirinya sekaligus mengabaikan orang lain? Atau tidak mau mengalah kalau kenyamanan dirinya merasa terganggu? Pernahkah menegur seseorang yang merokok di ruang ber-AC, tetapi malah ia lebih galak? " Rokok ini rokok gua, yang beli gua, urusan penyakit risiko gua, kenapa lu jadi repot?." [1] Sebagai percontohan pada kronologis yang lain, coba perhatikan, ketika keluar dari Masjid, yang lebih dahulu kita lakukan adalah mencari-cari sandal sendiri di antara tumpukkan sekian banyak sandal. Bukan membantu orang lain menemukan sandalnya. Atau ketika berfoto dengan teman-teman, yang pertama kita cari adalah tampilan gambar diri kita sendiri, malah kalau posenya kurang bagus meski yang lain bagus, kita akan minta diulangi dan foto lain di singkirkan. Semua ini adalah wajar dan manusiawi. Namun, akan menjadi tidak wajar jikalau kita membuat pihak lain

Laki-Laki Dalam Budaya Matrilineal

Gambar
Laki-Laki Dalam Budaya Matrilineal (Gambar: House-of-padang-indonesia.jpg) Dalam sebuah tulisan yang berjudul “Perempuan dalam Budaya Patriarki” karya Nawal El Saadawi dikatakan bahwa penindasan, eksploitasi dan tekanan sosial yang dialami perempuan bukan ciri bangsa Arab atau Timur tengah atau negara-negara dunia ketiga. Semuanya merupakan bagian yang integral dari sistem politik, ekonomi dan budaya yang berpengaruh besar hampir diseluruh dunia. Kalimat ini merupakan kesimpulan dari penulis bahwasanya ketermajinalan perempuan di Timur Tengah bukanlah disebabkan oleh pengaruh agama. Tetapi lebih disebabkan oleh faktor-faktor kepentingan yang diciptakan oleh suatu sistem yang mayoritas dipegang oleh laki-laki yang diperkuat dengan kebudayaan patriakatnya. Menurut para ahli kebudayaan bahwasanya kebudayaan di dunia ini dapat dibedakan atas dua bentuk, yaitu kebudayaan yang berdasarkan garis keturunan menurut garis keturunan lelaki ( patrilineal ) dan kebudayaan yang be

Sabar

Gambar
Memahami Sabar (Sumber gambar: maahaadzaa.com ) [1] Bencana alam yang melanda sejumlah daerah di Tanah Air telah banyak memakan kerugian tak hanya materi, tetapi juga korban jiwa. Ragam cobaan itu menuntut sikap arif dan kesabaran level tinggi dari siapa pun pihak yang tertimpa musibah tersebut. Sabar menjadi peneduh sekaligus oase di tengah merosotnya frekuensi iman. Apa sebetulnya makna dan esensi sabar?  Mengutip Ensiklopedi Tasawuf Imam Ghazali karya Luqman Junaedi, sabar memiliki arti yang cukup luas. Sabar tidak hanya dilakukan ketika seseorang tertimpa musibah. Tetapi, apa pun pekerjaan yang dilakukan dan diterima harus dibarengi dengan sikap sabar. Sabar bisa berarti dapat menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hukum Islam. Menahan diri dalam keadaan lapang dan keadaan sempit dan dari hawa nafsu yang menggoyahkan iman. Sabar adalah salah satu tingkatan maqamat yang harus dilalui oleh setiap manusia yang beriman. Manusia yang ingin b

Sadonyo Baguno

Gambar
Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) di Minangkabau (wikimedia.org) [1] Kato Pusako, -Sadonyo Baguno- Tukang indak mambuang kayu, Nan bungkuak kasingka bajak, Nan luruih katangkai sapu, Nan satampok kapapan tuai, Nan ketek kapasak sanggue, Panarahan kakayu api, Angeknyo untuak basangai, Asoknyo kapanyalaien, Abunyo kapupuak padi. Indak urang mambuang urang, Nan buto paambuih lasuang, Nan pakak palapeh badie, Nan kuaik pambao baban, Nan patah pangajuik ayam, Nan binguang ka disuruah-suruah, Nan lumpuah pahuni rumah, Nan cadiak lawan barundiang, Nan pandai tampek baguru, Nan tuo tampek babarito, Nan kayo tampek batenggang, Nan bagak palawan musuah, Nan kuniang pananti alek, Nan hitam pangubak pisang. Jikok baiak samo dipakai, Jikok buruak samo dibuangkan, Jikok cadiak tampek baguru, Jikok kayo tampek batenggang, Jikok rajin disuruah-suruah, Jikok kuaik pamikue baban, Jikok barani palawan musuah. Nan lurah