FENOMENA BAN SEREP
FENOMENA BAN SEREP
"Adalah
sangat memuakkan saat seseorang hanya hadir disaat ia minta didengar,
diperhatikan dan dihargai. Sementara dia tidak pernah mendengar, memperhatikan
dan menghargai kita." - K-Ray Cahyadi –
Bayangkan
bila Anda adalah sebuah ban serep alias ban cadangan. Sebagian besar waktu Anda
dihabiskan di dalam gelap dan sumpeknya sebuah bagasi. Mungkin cukup beruntung
bila Anda adalah ban serep sebuah mobil jeep yang digantung dengan gagahnya di
pintu belakang. Atau mungkin akan sangat menyebalkan bila Anda adalah ban serep
sebuah mobil keluarga semacam Avanza atau Xenia, Anda tergantung berdebu di
bagian bawah. Tidak jarang saat mobil terkena polisi tidur yang cukup tinggi,
Anda akan berbenturan dengan polisi tidur tersebut. Sering kita mengeluh saat
membawa barang lebih di bagasi karena volume bagasi yang berkurang akibat
keberadaan ban serep. Bahkan banyak orang yang hampir tidak pernah menggunakan
ban serep sama sekali, sehingga pada saat harus menggunakannya, didapati ban
serep tersebut karetnya menjadi terlalu kaku, getas, mudah rusak. Memang sebuah
ban serep atau cadangan hanya difungsikan di saat-saat krusial, tidak ada
perawatan dan perhatian khusus kepadanya.
Mungkin
cukup aneh bagi Anda, bahwa harus sedemikian panjang untuk saya menjelaskan apa
yang dialami ban serep. Sebenarnya bila Anda cermati di dalam kehidupan, ada
banyak orang-orang yang Anda perlakukan selayaknya ban serep. Anda hanya
menghubunginya di saat genting, Anda hanya datang padanya di saat kesusahan.
Anda hanya butuh bantuannya, tidak perlu kondisi apa yang sebenarnya sedang ia
hadapi.
Bila
Anda adalah seorang konselor dan konsultan tentunya Anda akan sangat sering
menjumpai tipe-tipe manusia seperti ini. Selalu datang di saat-saat sulit
mereka, tentunya Andapun tidak bisa mengeluh terlalu banyak karena ini adalah
tuntutan dari pekerjaan Anda (and of course you get a good payment). Namun
lain ceritanya apabila Anda mengalaminya dalam kehidupan sehari-hari Anda.
Seorang teman yang selalu mengusik hidup Anda disaat dia membutuhkan
pertolongan dan segera menghilang pada saat dia sudah mendapatkan apa yang ia
inginkan dan Anda melakukannya secara gratis atas nama persahabatan.
Dalam
bidang pekerjaan sering kita temukan di kantor, para manusia tidak tahu diri
yang membebani tugas pekerjaan mereka pada orang lain. Tanpa rasa berdosa
menambahkan pekerjaan pada orang lain, padahal itu bukanlah tugas dari “ban
serep” tersebut. Kadang dalam tahap keterlaluan, seorang "ban
serep" yang tidak mendapatkan penanganan yang segera dapat melakukan
hal nekat.
Lain
halnya dalam bidang hubungan percintaan. Ada beberapa orang yang membuat hal
ini dalam kehidupan percintaan mereka. "Jaring Pengaman Kedua" demikian
kadang Pria atau Perempuan "ban serep" ini disebut. Selalu
menyediakan waktunya, perasaannya, pikirannya bahkan harta mereka untuk orang
yang mereka cintai tanpa menyadari bahwa sebenarnya mereka hanya sedang
diperalat. Akhirnya banyak sekali kata "lelah begini begitu" yang
keluar dari para "ban serep" ini, sementara dia di sana tersenyum sumringah
sebab sudah mendapatkan semua yang mereka inginkan. Habis manis sepah dibuang, demikianlah
peribahasa yang cocok dan tepat untuk menggambarkan fenomena ini. Secantik atau
seganteng apapun tampang orang tersebut, pinggirkan saja. Karena di luar sana manusia
berkelamin Pria atau Perempuan yang baik, yang tepat sedang menunggu Anda.
Sahabatku, semuanya hal yang dialami hasilnya begitu banyak trauma dan sindrom yang sulit
diobati. Setiap pengobatan perlu berjam-jam terapi dan rekonsiliasi. Luar biasa
bukan? Sebuah kata sepele bernama "egois" bisa melahirkan
begitu banyak persoalan yang kompleks. Cobalah refleksikan berapa banyak ban
serep sudah Anda sakiti karena keegoisan anda? Selalu meminta waktu untuk didengarkan,
selalu meminta pertolongan, selalu ingin diperhatikan, selalu ingin
dinomorsatukan. Apakah yang Anda sudah lakukan untuk para ban serep ini? Sadar
dirilah bahwa Anda adalah seorang yang egois, suatu hari Anda akan diperlakukan
rekan kerja, sahabat, kekasih, bahkan oleh anak Anda sebagaimana Anda sudah
berbuat demikian. Siapa menabur, dia menuai. Sebagai penutup, sebuah saran,
nasehat bagi para ban serep di luar sana adalah “adalah lebih baik menikmati
hidup Anda tanpa memusingkan otak Anda dengan memikirkan persoalan-persoalan orang-orang
yang tidak tahu diri.” Tidak baik mempersulit diri kita dengan persoalan orang
lain, beranilah berkata “TIDAK!” untuk kebaikan Anda sendiri. Dan Allah SWT adalah segala-galanya. Semoga bermanfaat.
Sumber: