SERVANT LEADERSHIP
SERVANT
LEADERSHIP
Apa
itu Servant Leader? Secara
bahasa, servant leader berarti pemimpin yang melayani. Seorang servant leader
selalu mengutamakan melayani seseorang atau pengikutnya terlebih dahulu
daripada mengharapkan status sebagai pemimpin. Lebih lanjut, kemampuan mengembangkan
kemampuan orang lain merupakan karakteristik servant leader. Adapun
ciri-ciri seorang servant leader ini, yaitu.
Pertama, mendengar. Seorang servant leader
senantiasa mendengar masukan, saran, dan kritik dari pengikutnya. Servant
Leader memiliki komitmen untuk mendengar dengan sepenuh hati. Kedua, memahami. Servant leader memahami
akan konsekuensi masa depan dari apa yang dilakukan atau diputuskan sekarang. Ketiga, kesadaran. Servant leader sadar
akan memperlakukan orang lain, mempertimbangkan etika, dan menghargai kekuatan
orang lain. Keempat, empati. Seorang
Servant leader selalu menerima orang lain apa adanya, ikut merasakan apa yang
dirasakan orang lain, serta menghargai orang akan kekurangan dan kelebihannya
dengan sepenuh hati. Kelima, meringankan
beban mental. Servan leader dapat membahagiakan orang lain yang didekatnya. Keenam, konseptualisasi. Seorang Servant
leader memiliki impian dan cita-cita besar yang melebihi kenyataan sekarang,
serta selalu mengajak orang untuk menggapai visi. Ketujuh, komitmen dalam pengembangan pengikut. Meyakini bahwa
setiap orang memiliki keunikan dan kelebihan masing-masing (nilai intrinsik)
untuk dapat dikembangkan. Kedelapan,
persuasi. Servant Leader berusaha menyakinkan orang lain tanpa melakukan
pemaksaan untuk mengikuti kehendaknya. Kesembilan,
pengayoman/ pendampingan. Servant Leader senantiasa mengayomi dan percaya bahwa
orang lain memiliki kemampuan dan niat baik dalam melakukan sesuatu. Kesepuluh, membangun komunitas. Servant
Leader selalu membuat lingkungan yang nyaman, membangun komunikasi yang kuat
dalam lingkungan serta menganggap orang lain seperti anggota keluarga.
Bagaimana proses seseorang mempunyai jiwa Servant Leadership? Servant
Leadership akan muncul jika, yang pertama,
adanya saling keterbukaan dan adil. Kedua,
persahabatan. Ketiga, peluang. Keempat, adanya rasa bangga terhadap
pekerjaan dan perusahaan. Kelima,
keuntungan. Keenam, rasa aman dalam bekerja.[1]
Servant leadership dikemukakan oleh Robert K.
Greenleaf pada tahun 1970 dan menyatakan bahwa servant leader menjadi pemimpin
dimulai dari perasaan alami bahwa seorang pemimpin ingin membantu, tujuan
pertama kali seorang pemimpin adalah untuk membantu.[2]
Kemudian menyadari pilihan yang membawa seseorang teraspirasi untuk memimpin
(James W. Sipe dan Don M. Frick, 2009, Seven
Pillars of Servant Leadership: Practicing the Wisdom of Leading by Serving).
Servant leadership adalah suatu kepemimpinan yang berawal dari perasaan tulus
yang timbul dari dalam hati yang berkehendak untuk melayani, yaitu untuk
menjadi pihak pertama yang melayani. Esensi dari model kepemimpinan ini adalah
melayani yang dipimpin, baik karyawan, konstituen, pelanggan, atau masyarakat
luas. Dalam model ini, memimpin pada hakikatnya melayani secara tulus. Dalam
essai mengenai servant leadership yang disusun oleh Greenleaf mengungkapkan
bahwa (Dan R. Ebener, 2007, Servant Leadership
Models for Your Parish),
Pertama, seorang pemimpin seharusnya bertindak sebagai
pelayan, yang ‘bertindak dengan integritas dan semangat, membangun kepercayaan,
menggerakkan orang-orang, dan membantu mereka untuk tumbuh.”[3]
Kedua,
seorang pemimpin ‘yang dipercaya dan yang membentuk nasib orang lain dengan
menunjukkan caranya. Dalam
konteks servant leadership, seorang pemimpin berorientasi untuk melayani
pengikutnya, mengabaikan kebutuhan dan minat pribadinya untuk melayani orang
lain dengan membantu pengikutnya untuk tumbuh secara profesional dan secara
personal. Greenleaf juga menyatakan bahwa pemimpin yang berorientasi pelayanan
memulai tindakannya dengan integritas, mengembangkan hubungan kepercayaan, dan
membantu orang lain untuk belajar, tumbuh, dan mengembangkan kemampuan
orang-orang tersebut untuk memimpin diri mereka sendiri. Ketika pemimpin
benar-benar memiliki komitmen untuk mengembangkan pengikutnya, mereka
memberikan kebebasan untuk melakukan eksperimen, mengambil risiko, dan bahkan
membuat kesalahan tanpa takut adanya hukuman (Ebener).
Hamilton dan Nord sebagaimana dikutip Vadell (2009, The Role of Trust in Leadership: U.s. Air
Force Officers’ Commitment and Intention to Leave the Military)
menyimpulkan bahwa servant leadership membentuk karakteristik kepribadian
refleksi, integritas, dan passion (semangat dan gairah). Dalam hal ini, seorang
pemimpin harus menghadirkan hal positif kepada pengikutnya. Untuk menginspirasi
mereka untuk bekerja sesuai dengan arah dan misi organisasi. Adapun atribut
servant leadership yang dikemukakan dalam essai Greenleaf ada 10, yakni sebagai
berikut:
1. Listening. Atribut ini merupakan sarana komunikasi yang kritis,
diperlukan agar komunikasi bisa berjalan secara akurat dan secara aktif
menunjukkan rasa menghargai orang lain. Menurut Greenleaf, “Only a true natural
servant automatically responds to any problem by listening first”.
2.
Empathy. Atribut
yang menunjukkan kemampuan seorang pemimpin ungtuk menyadari apa yang dirasakan
oleh orang lain. Greenleaf menyatakan bahwa, “the servant always accepts and empathizes, never rejects” dan “Men grow taller when those who lead them
empathize, and when they are accepted for who they are.”
3. Healing. Atribut ini didefinisikan Greenleaf sebagai “to make whole.” Artinya adalah bahwa
seorang pemimpin mengenali harapan orang lain untuk menemukan keseluruhan dari
dirinya sendiri dan memberi dukungan kepada orang lain.
4. Awareness. Atribut ini diperlukan bagi seorang pemimpin untuk
memperoleh peluang sebagai seorang pemimpin. Tanpa adanya awareness maka
seorang pemimpin akan kehilangan peluang kemimpinannya.
5. Persuasion. Atribut ini membantu pemimpin mampu membangun
konsensus kelompok melalui persuasi yang gentle dan jelas, dan tidak
menggunakan kepatuhan kelompok karena adanya posisi kekuasaan. Greenleaf
mencatat bahwa, “A fresh look is being
taken at the issues of power and authority, and people are beginning to learn,
however haltingly, to relate to one another in less coercive and more
creatively supporting ways.” Artinya bahwa seorang pemimpin akan
menggunakan kekuatan pribadinya dan bukan kekuatan kekuasaannya untuk
mempengaruhi kelompok dan memperoleh tujuan organisasi.
6. Conceptualization. Atribut ini
menggambarkan bahwa seorang pemimpin dapat memperoleh solusi terhadap
permasalahan yang saat ini tidak ada.
7. Foresight. Atribut ini menunjukkan bahwa pemimpin memiliki
pengetahuan dan cara pandang ke depan yang leih baik mengenai apa yang akan
terjadi di masa yang akan datang.
8. Stewardship. Atribut ini menunjukkan kemampuan pemimpin dalam
melakukan tata laksana organisasi. Artinya, pemimpin tidak hanya mewakili
bawahan secara personal, tetapi juga mewakili organisasi secara keseluruhan,
dan dampaknya terhadap hubungan organisasi dengan masyarakat.
9. Commitment to the growth of people.
Atribut ini menunjukkan kemampuan pemimpin dalam memegang komitmen untuk
pertumbuhan orang-orang yang dilakukan seorang pemimpin melalui pemberian
apresiasi dan pemberian semangat kepada orang lain. Sebagaimana diungkapkan
oleh Greenleaf, bahwa “the secret of
institution building is to be able to weld a team of such people by lifting
them up to grow taller than they would otherwise be.”
10.
Building community. Atribut ini menunjukkan kemampuan
pemimpin untuk membangun komunitas yang menyatukan individu dalam masyarakat.
Sebagaimana dijelaskan oleh Greenleaf, “all
that is needed to rebuild community as a viable life form…is for enough
servant-leaders to show the way.”[4]
Berdasarkan rangkuman ini admin blogger sepakat dengan
apa dituliskan dalam artikel Anthony Dio Martin yang terbit di Kompas.Com
mengatakan, “negeri kita akan menjadi semakin baik kalau kita memiliki semakin
banyak pemimpin yang tidak fokus pada egonya,” dan sebagai tambahan barangkali
juga demikian apabila teraplikasikan sampai ruang komunitas di berbagai lapisan
masyarakat.[5]
REFERENSI:
[1] Apa
itu Servant Leader? https://kitayangmengubah.wordpress.com/2013/04/09/apa-itu-servant-leader/
[2] Greenleaf, What is Servant Leadership?,
https://www.greenleaf.org/what-is-servant-leadership/
[3] ST.THOMAS University, What is Servant Leadership?, https://online.stu.edu/articles/education/what-is-servant-leadership.aspx#.W1GA_0v6WSE.facebook
[4] Liloli, Alternatif Kepemimpinan Kontemporer, Servant
Leadership, https://elmurobbie.wordpress.com/2012/11/16/alternatif-kepemimpinan-kontemporer-servant-leadership/
[5] Bambang
Priyo Jatmiko, “Servant Leadership:
Merindukan Pemimpin Yang Tidak Egois,” https://ekonomi.kompas.com/read/2018/07/18/080000026/servant-leadership--merindukan-pemimpin-yang-tidak-egois