REKAN KERJA


REKAN KERJA

A.   TIPE REKAN KERJA
Menurut KBBI, rekan adalah teman (dalam pekerjaan), teman didalam satu persekutuan atau perserikatan dan hubungan timbal balik dalam dunia usaha atau dagang. Rekan kerja adalah bagian dari kehidupan karier Anda, tetapi sayangnya berhubungan baik dengan rekan kerja tidak selalu mudah. Saat Anda menghabiskan banyak waktu bersama, Anda akan mengalami konflik yang pada akhirnya akan mempersulit pekerjaan dan perkembangan karier.
Sebuah survei independen menyatakan bahwa persaingan di lingkup profesional muda sekarang ini jauh lebih “kejam” dan lebih penuh tantangan. Kompetisi di dunia kerja harus disikapi dengan bijak, kepala yang dingin, hati yang bersabar dan strategi yang realitis. Sebab jika tidak, bisa mengakibatkan stres serta tekanan yang berpengaruh pada performa kerja Anda.  Upaya membuktikan kalau Anda adalah seorang yang terbaik, jangan sebatas ucapan saja, melainkan harus benar-benar dibuktikan lewat kinerja nan cemerlang. Pada dasarnya persaingan di kantor memang diperlukan sebagai motivasi dalam meningkatkan produktivitas karyawan. Namun, manajemenpun tidak bisa membiarkan persaingan berjalan tanpa aturan, sebaliknya harus ditetapkan berbagai batasan agar tercipta nuansa kerja yang adil dan nyaman. Maka dari itu, Anda harus waspada dengan sesama tim kerja, berteman boleh saja namun jangan terlalu mengumbar - umbar cerita apalagi yang sifatnya personal. Anda tidak akan pernah tahu, di balik senyum manis rekan kerja ternyata tersimpan sejumlah “manuver” untuk menggulingkan Anda. Seperti dikutip dari Glamour, berikut lima tipe karakter rekan kerja yang kompetitif dan sebagai alternatif agar dapat menghadapi rekan kerja.
1.    Rekan kerja yang senang jadi pusat perhatian
Menyenangkan, pintar, supel dan pandai memusatkan atensi pada dirinya. Rekan kerja tipe ini memiliki selera humor yang cerdas, sehingga bukan hanya sesama kolega yang terpikat oleh kepribadiannya yang hangat, para bos juga memiliki penilaian yang sama. Namun, meskipun dirinya tampak bersahabat, Anda jangan langsung percaya begitu saja. Sebab, tipe rekan kerja seperti ini selalu ingin terlihat hebat di depan atasan, akan melakukan apa saja untuk membuat bos senang. Bahkan tidak segan untuk memata-matai rekan kerja lainnya, dengan bicara manis di depan Anda hanya untuk memancing informasi yang nantinya akan disampaikan pada bos.
Saat Anda bekerja satu tim dengan tipe si pusat perhatian, berikanlah keleluasaan untuknya memimpin. Manfaaatkan kegemarannya cari muka di depan atasan untuk menyampaikan ide-ide di rapat mendatang. Selama peran Anda di instansi tidak “terinjak” oleh dirinya, tidak salah berteman dengan dirinya. Tetapi ingat, jangan berbagi gosip dan keluh kesah yang Anda rasakan terhadap instansi kepadanya.
2.    Rekan kerja penyendiri
Tipe rekan kerja yang tertutup dan banyak bicara, umumnya selalu menyembunyikan ide-ide cerdas dari teman sesama tim. Jangan berharap bisa bekerjasama dengannya, karena ia memiliki lini waktu dan strategi yang sulit diadaptasi oleh orang lain kecuali dirinya sendiri.  Namun, bila atasan Anda dipasangkan dengan tipe ini untuk menyelesaikan suatu proyek, berikanlah dirinya ruang tetapi pastikan cukup dekat untuk tetap bisa memonitor gerak geriknya. Jangan pernah lalai  untuk memeriksa kembali pekerjaannya dengan milik Anda, agar tidak terjadi selisih dan kesalahpahaman saat mengemasnya dalam laporan kepada atasan.
3.    Rekan kerja asal cepat selesai
Jika sedang dihadapkan pada perlombaan olahraga fisik yang berpacu dengan waktu, maka tipe rekan kerja seperti ini tidak akan ragu untuk melakukan apapun, supaya lekasi mencapai garis akhir, tanpa memedulikan apakah caranya melanggar aturan atau tidak. Ketika bekerjasama dengan tipe rekan kerja yang seperti ini, pastikan untuk memeriksa dengan teliti hasil kerjanya, karena biasanya tipe ini seringkali tidak memerhatikan hal-hal yang detil.
4.    Rekan kerja yang kooperatif dan senang menolong
Karakter rekan kerja yang seperti ini selalu ingin terlihat memiliki inisiatif tinggi di mata atasan juga sesama koleganya. Walaupun terlihat berusaha kerja mencari muka, sebenarnya Anda bisa banyak belajar dari dirinya. Bila Anda ingin mengikuti caranya dalam bekerja, hati-hati, jangan sampai Anda meminta tanggung jawab yang melebihi kemampuan dan kekuatan diri Anda. Sebab, bekerja terlalu berlebihan akan mencederai kinerja Anda dan jatuh sakit akibat terlalu keletihan.
5.    Rekan kerja tukang sabotase
Si tukang sabotase adalah tipe rekan kerja paling “mematikan” dan menjengkelkan. Disarankan untuk jangan terlalu dekat dengan tipe ini. Namun celakanya, rekan kerja yang memiliki kepribadian sabotase sulit dideteksi, karena umumnya mereka menutupi sifat buruknya tersebut dengan penampilan yang manis dan seolah-olah teman paling baik di dunia. Maka dari itu waspadalah terhadap seseorang yang terlalu berlebihan mengulurkan kebaikan pada diri Anda. Tukang sabotase bisa saja mengakui hasil kerja tim sebagai hasil pemikiran tunggalnya. Secara terselubung gemar membuat orang lain terlihat buruk di depan atasan. Jagalah diri Anda dari rekan kerja yang demikian, perhatikan selalu gerak-geriknya. Apabila melihat gelagatnya atau mendengar dirinya mengakui hasil kerja orang lain, atau merendahkan kinerja Anda dan karyawan lainnya, segeralah bertindak.[1]

B.   SIKAP REKAN KERJA YANG HARUS DIWASPADAI
Untuk menjalankan aktifitas pekerjaan di suatu instansi, ternyata ada banyak hal yang harus kita perhatikan. Termasuk diantaranya adalah sikap atau sifat negatif dari beberapa rekan kerja kita. Karena bagaimanapun juga tentu ada saja rekan kerja yang memiliki sifat negatif dan kadang bisa berpengaruh pada masa depan karir kita. Ini bukan untuk membuka ruang konflik dengan rekan kerja, namun untuk sekedar waspada dan menjaga diri. Yang perlu kita waspadai sebenarnya adalah jika sifat negatif tersebut bisa mengancam kehidupan di masa akan datang.
Ada beberapa sifat atau sikap negatif dari rekan kerja yang secara langsung atau tidak langsung bisa mengganggu kinerja kita, mari perhatikan:
1.    Sikap merasa paling senior
Sikap seperti ini cukup sering kita jumpai di tempat kerja, senioritas memang kerap terjadi. Sering kita jumpai ada beberapa rekan kerja yang bekerja lebih lama bersikap superior. Bahkan kadang mereka terlihat bersikap seolah lebih dari bos, sok memerintah, sok memarahi dan sebagainya.
Menjadi senior dan dihormati bukanlah sesuatu yang salah, bagi junior memang perlu menghormati senior. Namun sikap sok senior atau merasa paling senior ini yang bisa membuat suasana kerja tidak nyaman. Sebaiknya yang perlu kita lakukan adalah pelajari terlebih dahulu kebijakan ataupun di instansi.
2.    Suka mengakui hasil kerja orang lain
Ternyata ada cukup banyak lho sikap seperti ini di lingkungan kerja. Mereka yang bersikap seperti ini biasanya adalah orang-orang yang miskin kreatifitas dan malas. Sehingga mereka sering mengakui pekerjaan teman kerja yang lain.
Bukan saja pekerjaan yang diakui, bahkan prestasi orang lain pun bisa jadi diklaim atas bantuannya. Ini perlu disikapi dengan tegas agar tidak berlarut-larut. Yang perlu Anda lakukan adalah bersikap tegas, jangan biarkan apa yang sudah kita lakukan diklaim telah dilakukannya. Sikap mendompleng ini biasanya kerap dilakukan untuk mencapai prestasi namun dengan cara yang salah.
3.    Kurang Bertanggung Jawab Pada Pekerjaan
Sikap rekan kerja seperti ini wajib Anda waspadai. Terutama jika dilakukan oleh rekan kerja satu tim dengan Anda yang bisa berpotensi menghambat kinerja Anda dan seluruh divisi. Tentu saja hal ini pada akhirnya akan bisa menghalangi perkembangan karir Anda dan juga karir teman satu tim yang lain.
Nah, sebaiknya yang harus Anda lakukan adalah memberikan pengertian kepada rekan tersebut akan pentingnya sebuah pekerjaan. Nasehati dia jika ia ada di dalam tim Anda, jangan biarkan dia menjadi penghalang kesuksesan bersama.
Jika Anda tidak bisa memberikan ia pengertian, maka sebaiknya rencanakan dengan teman satu tim Anda yang lain bagaimana cara yang tepat untuk mesikapinya.
4.    Sikap Suka Menjilat Atasan
Diakui atau tidak, pasti ada saja rekan kerja yang memiliki sikap seperti ini. Biasanya orang yang memiliki sikap suka menjilat atasan ini juga cenderung suka mengakui pekerjaan dan prestasi orang lain.
Orang seperti ini memiliki keinginan untuk dipandang sebagai yang terbaik di hadapan atasan namun tidak memiliki kemampuan yang memadai. Pada dasarnya, orang seperti ini akan “hancur” dengan sendirinya karena suatu saat pasti akan terkena batunya juga.
Namun demikian, sikap seperti ini juga tidak bisa dibiarkan begitu saja. Karena tentu saja akan membuat kerja menjadi kurang nyaman, dan akan menimbulkan prasangka tidak baik antar sesama rekan kerja yang lain. Anda dan teman kerja yang lain harus bersikap tegas. Jika si penjilat sedang “beraksi” segera lakukan konfrontasi, tentunya Anda harus berbicara terlebih dahulu dengan rekan yang lain.[2]

C.   TIPE REKAN KERJA YANG HARUS DIWASPADAI
Dikutip dari tempo.co, rekan kerja yang baik dan menyenangkan merupakan salah satu faktor yang bisa membuat kita semangat bekerja di kantor. Namun, ada baiknya kita tetap waspada. Dunia kerja adalah persaingan. Bisa saja dibalik sikap ramah seorang rekan kerja, tersimpan suatu ambisi besar dalam dirinya untuk bisa mengalahkan kita dalam hal berkarier, terlebih dengan cara yang licik. Jadi, waspadalah jika ada rekan kerja yang menunjukkan sikap seperti berikut ini:
1.    Si Penjilat
Jika ada suatu prestasi atau proyek yang berhasil dikerjakan oleh tim, maka dialah yang pertama kali memajang dirinya di hadapan atasan. Tipe penjilat juga dikenal hobi ‘cari muka’. Dia pun tidak pernah ragu untuk mengajukan diri menjadi juru bicara tim setiap kali ada kesuksesan yang diraih oleh tim. Padahal, kesuksesan itu adalah hasil kerja tim.
Tidak jarang, Anda bisa melihat dia mencari perhatian orang-orang penting di tempat kerja dengan berpura-pura sebagai orang yang paling sibuk ketika atasan sedang mengawasi.
2.    Si  Backstabber
Anda harus hati-hati dengan si backstabber alias tukang tusuk dari belakang! Pasalnya, kemungkinan besar Anda tidak menyadari sifat aslinya karena ia pandai bersikap manis dan berpura-pura ramah terhadap Anda. Padahal, di belakang Anda, ia sering menyebarkan cerita-cerita negatif tentang Anda.
Rekan yang hobi menusuk dari belakang tak segan untuk mengkhianati Anda demi mengejar kepentingan pribadinya.
3.    Si Tukang Adu
Waspadalah pada si tukang adu. Biasanya mereka memiliki mental korban, sehingga  bertindak seolah-olah dirinya kerap dirugikan oleh rekan-rekan kerjanya yang lain. Padahal, tidak demikian kenyataannya. Rekan kerja seperti ini biasanya sering mengadu ke atasan maupun HRD. Sebaiknya, hindari bergaul dengan rekan kerja seperti ini. Anda tak pernah tahu apa yang ia sampaikan tentang Anda kepada atasan atau HRD Anda.
4.    Si Pengaruh Buruk
Jangan sampai Anda bergaul dengan rekan kerja yang membawa pengaruh buruk, karena ia bisa merusak karier Anda. Si pembawa pengaruh buruk biasanya rajin mengajak Anda bergosip, membicarakan keburukan orang lain, mengajarkan Anda untuk bersenang-senang dan menghamburkan uang, ataupun mengajak Anda bermalas-malasan saat jam kerja. Tentu saja, jika mudah terpengaruh, Anda akan merasa bergaul dengannya adalah hal yang mengasyikan.
Anda punya rekan kerja seperti ini? Sebelum Anda terbawa terlalu jauh, coba evaluasi kembali apa tujuan karier yang ingin Anda raih. Jika Anda tetap permisif dengan kehadiran rekan kerja seperti ini, sama artinya Anda rela melepas kesempatan Anda untuk meraih karier yang lebih baik.
5.    Si Tukang Kritik
Kritik pedas selalu keluar dari mulut si tukang kritik. Anda mungkin senang bila mendengar kritik dan saran yang membangun, tapi tukang kritik yang satu ini selalu melemparkan kritik untuk menjatuhkan rekan kerjanya. Tentunya menyebalkan, bukan? Terus-menerus bergaul dengan rekan kerja yang hobi mengritik bisa membuat Anda merasa rendah diri. Alhasil, performa kerja Anda ikut menurun seiring dengan turunnya rasa percaya diri Anda.
6.    Si Tukang Bully
Tipe karyawan “tukang bully” hobi menggertak rekan kerjanya karena merasa iri dengan prestasi orang lain tempat kerja. Bukan hanya mengancam dan membuat resah rekan kerja dengan perkataan yang menusuk hati, dia pun bisa tega melakukan tindakan yang lebih jahat untuk mengerjai orang lain, termasuk Anda. Misalnya, merusak kendaraan Anda hingga memfitnah Anda. Butuh mental baja untuk menghadapi si tukang bully. Jika mental Anda tak kuat, bisa jadi Anda memilih untuk mengundurkan diri dari tempat kerja demi menghindari dia.[3]



Manggopoh, 01 Januari 2020
Dicatat ulang oleh Jafriandi

Postingan populer dari blog ini

TIM PENGELOLA KEGIATAN (TPK)

SERVANT LEADERSHIP

Kisah Inspiratif, Orang-orang Buta dan Seekor Gajah