PELAJARAN DARI LUQMANUL HAKIM
PELAJARAN DARI LUQMANUL HAKIM
SOSOK Luqmanul Hakim banyak menginspirasi para arifin. Dalam
riwayat Ibnu Abbas, Luqmanul Hakim seorang manusia biasa yang pekerjaan
sehari-harinya pencari kayu bakar di Habsy. Ia bukan nabi, bukan rasul, bukan
bangsawan, dan bukan pula ulama besar.
Ada
riwayat menyebutkan ia seorang hakim di zaman Nabi Daud. Riwayat lain
menyebutkan ia hidup sesudah Nabi Isa sebelum Nabi Muhammad lahir. Ia memiliki
banyak kelebihan di balik kesederhanaannya sehingga namanya diabadikan di dalam
Alquran sebagai Surah Luqman.
Menurut Ibnu Katsir, nama panjang Luqman ialah
Luqman bin Unaqa’ bin Sadun. Ia digambarkan bertubuh pendek dan berhidung
mancung dari Nubah dan ada juga yang berpendapat ia berasal dari Sudan. Secara
fisik, sesungguhnya tidak ada yang menarik dari Luqmanul Hakim. Hanya
kecerdasan dan kearifan yang dimilikinya membuatnya terkenal dan selalu
terkenang.
Kisah
Luqman dan Keledai
Sebagai salah satu contoh kasusnya ialah ketika
suatu saat Luqmanul Hakim masuk ke pasar menaiki seekor keledai, sedangkan anaknya
mengikuti dari belakang. Setelah melihat tingkah laku Luqman, ada sekumpulan
orang yang berkata, ”Lihatlah orang tua yang tidak punya perasaan. Ia keenakan,
sementara anaknya berjalan kaki.”
Setelah mendengarkan kata-kata itu, Luqman turun
dari keledai lalu anaknya disuruh naik ke atas keledai, sedangkan ia sendiri
berjalan kaki. Setelah melihat kenyataan itu, orang-orang pasar kembali
mencemooh, “Lihat orang tua itu, ia berjalan kaki, sedangkan anaknya keenakan
di punggung keledai. Sungguh anak itu tidak tahu malu.”
Setelah mendengar itu, Luqmanul Hakim juga naik ke
keledai bersama-sama anaknya. Orang-orang pasar kembali mencemooh, ”Lihat itu
ada dua orang menaiki seekor keledai. Sungguh menyiksa keledai itu.”
Karena tidak suka mendengar cemohan itu, Luqmanul
Hakim dan anaknya turun dari keledai. Orang-orang pasar kembali mencibir,
”Lihat itu, dua orang berjalan kaki, sedangkan keledai tidak dikendarai.”
Akhirnya, Luqmanul Hakim mencari solusi berdasarkan apa yang diyakininya benar,
tanpa harus terpengaruh orang lain.
Pesan Moral
Pelajaran
berharga yang dapat dipetik dari Luqmanul Hakim ialah hampir mustahil memenuhi
seluruh harapan dan kehendak masyarakat, apalagi kalau masyarakat itu majemuk
dan heterogen. Jika kita ingin memperbaiki situasi, masyarakat harus istikamah
di atas tataran nilai luhur yang banyak disepakati orang. Dengan berpegang
teguh pada aturan yang standar, itu akan mengurangi risiko kehidupan.
Sama juga dengan menghadapi raja yang zalim,
masyarakat atau rakyat harus mampu beradaptasi dengan rajanya dengan baik.
Sebab, dalam kaidah, lebih utama dipimpin pemimpin yang buruk 100 tahun dari
pada kosong kepemimpinan sehari, yang akan berakibat lebih fatal dan berlaku
hukum rimba, yang besar memangsa yang kecil. Kaidah inilah yang dianut mayoritas
umat Islam Indonesia yang berhaluan ahlu
sunnah wa al-jamaah.
Perlu dikenang bahwa apa yang dinasihatkan Luqmanul
Hakim terhadap anaknya bahwa sesungguhnya dalam setiap keadaan tidak akan
pernah bebas dari komentar orang. Maka, orang yang berakal sehat dan beriman
tidak akan memilih pertimbangan selain pertimbangan dan petunjuk dari Yang
Mahaobjektif, yaitu petunjuk dari Allah swt.
Kebenaran itu universal dan ada di mana-mana.
Kemudian Luqmanul Hakim berpesan kepada anaknya, “Wahai, anakku, tuntutlah
rezeki yang halal supaya kamu tidak menjadi fakir. Sesungguhnya orang fakir itu
akan menjumpai tiga perkara. Pertama, tipisnya keimanan dalam beragama. Kedua,
lemahnya akal (mudah tertipu dan diperdaya). Dan, ketiga, hilang kemuliaan
hatinya. Jika hal ini dapat diperhatikan, langkah kehidupan kita di masa depan
akan lebih mudah.
Sumber
: